Home Sosok Jejak Kaderisasi Zahra Nur Fadilah di PMII Tangerang

Jejak Kaderisasi Zahra Nur Fadilah di PMII Tangerang

Menanam Akar KOPRI di Tanah Seribu Pabrik

164
0
SHARE
Jejak Kaderisasi Zahra Nur Fadilah di PMII Tangerang

Keterangan Gambar : Zahra Nur Fadilah (Ketua KOPRI PMII Kab. Tangerang)

Zahra Nur Fadilah bukan sekadar Ketua KOPRI PC PMII Kabupaten Tangerang yang kedua. Ia adalah pionir yang menanam akar pertama gerakan perempuan PMII di Universitas Tangerang Raya (Untara). Sebelum memimpin di tingkat cabang, Zahra lebih dulu menggagas dan mendirikan PMII Untara, menjadi Ketua KOPRI perdana, sekaligus memimpin Komunitas Riset Publik (KORPU)—ruang belajar kritis yang mempertemukan wacana, data, dan keberpihakan pada masyarakat.

Jejak kepemimpinannya dibentuk dari keberanian memulai sesuatu yang belum ada. Zahra hadir sebagai pemantik, bukan penonton. Ia merintis kaderisasi di tengah keterbatasan sumber daya dan minimnya kultur organisasi di kampus swasta yang baru berdiri. Tapi justru dari situ ia belajar bagaimana menyemai harapan, sedikit demi sedikit.

Menjadi perempuan pemimpin di lingkungan yang tak selalu ramah bukan hal baru bagi Zahra. Ia tahu benar betapa kabupaten seribu pabrik ini memiliki karakteristik unik: lingkungan semi-kosmopolitan yang padat dan dinamis, serta realitas mahasiswi pekerja yang harus membagi waktu antara tugas kampus, tuntutan ekonomi, dan mimpi-mimpi pribadi. Dalam situasi seperti itu, membangun dan menjaga nyala kaderisasi perempuan bukan perkara mudah.

Namun Zahra justru menemukan kekuatan dari kesulitan itu. “Menjadi Ketua KOPRI di Kabupaten Tangerang tidak mudah,” akunya, “tapi justru di situ saya belajar banyak: bahwa perempuan bukan hanya bisa bersuara, tapi juga membangun ruangnya sendiri.”

Cita-citanya sederhana, tapi menyentuh akar. Ia ingin KOPRI tumbuh menjadi organisasi perempuan yang merawat solidaritas, menyuburkan intelektualitas, dan mengakar kuat di tengah denyut kehidupan masyarakat akar rumput. Ia percaya, KOPRI tak harus selalu tampil dalam gemerlap panggung, tapi harus kuat di akar—menyediakan ruang aman, ruang belajar, dan ruang tumbuh bagi setiap perempuan muda yang ingin menyuarakan keadilan.

Zahra adalah gambaran aktivis yang bertumbuh bukan dari privilege, melainkan dari kesadaran. Ia hadir bukan untuk menggantikan siapa-siapa, tapi untuk meneruskan harapan. Perempuan yang memilih jalan kaderisasi ini percaya bahwa perubahan bukan hanya soal narasi besar, tapi juga kerja-kerja kecil yang konsisten dan penuh cinta.

Di tengah gemuruh industri dan denyut urbanisasi Kabupaten Tangerang, Zahra Nur Fadilah menanam akar perubahan—dalam diam, tapi pasti.